Oke, selalu aja jarang banget update blog ini, dan sekarang udah alumni dan nggak latihan di 30 lagi. beberapa menit sebelum nyadar masih punya blog ini, galau nya bukan main. kangen banget sama team abas 30 yang, segala-galanya itu nggak aku dapetin di abas sekolahku yang baru. yang sepertinya nggak di dapetin juga sama abas junior yang sekarang merintis karir basketnya di 30.
Beberapa kunjunganku yang terakhir di latihan basketnya 30 kelihatan banget lo antara senior dan junior itu kayak ada jarak. nggak seperti aku dan adik kelas ataupun kakak kelas itu selalu akur kenapa? menurutku, basket itu nggak akan jalan team nya, kalau ngga ada kekeluagaan. inget, teamwork. kalau ngaku anak basket coba follow lah akun twitter buat abas biar dapet motivasi.
Oke, kalau kalian yang lagi baca ini adalah junior yang baru masuk 30, atau cuma sekedar ingin tahu masa lalu nya abas 30. bisa baca ini. kalau kurang ya tanya aja. beberapa masa lalu mungkin udah tertulis di postingan sebelum ini. oke, aku bakal ceritain sejarah terawalnya.
Abas 30 di mana kali pertama aku gabung. Devi, alumni, yang mantan kapten abas 30, nulis status di facebooknya, dia ngasih tau kalau tim basket cewe nya ada 4, yang artinya kurang 1 kalau mau ikut sparing atau pertandingan. merasa ada lowongan, disitulah aku gabung.
Anggota yang masih sedikit, memaksa kami terus berusaha mencari tambahan. dengan Independent / tanpa suruhan dari guru, kami keliling kelas, mulai dari adik kelas, sampai kelas 8. (disini saya masih kelas 8 smp). kami mencari anak-anak yang berminat buat ikut basket. seiring berjalannya waktu, semakin bertambah dan bertambah.
Kami giat sekali berlatih, tiap pulang sekolah, kami akan berkumpul di lapangan, beberapa ada yang sudah siap dengan baju daleman. yang lain masih ganti baju di kamar mandi. kami semua pake baju seadanya dan celana basket ataupun olahraga, dan sepatu sekolah. Pemanasan, lari muterin lapangan, dan latihan fisik ringan yang di bimbing oleh alumni di 30 itu sendiri. mimpi masing-masing dari kami adalah bermain di DBL Arena, disanalah tempat bergengsi abas untuk nunjukin nama team dari masing-masing sekolah. dan smp 30 sama sekali belum pernah kesana. sedih. tapi itu terus menjadi motivasi kami.
Perjuangan kami keras. mendapatkan ijin untuk menggunakan lapangan nggak segampang anak kelas 9 main sepak bola tanpa takut sama guru. kami punya 2 lawan, yaitu guru sama anak kelas 9. singkatnya berebut menggunakan lapangan. hingga akhirnya sekolah mengambil tindakan tegas untuk mengusir semua siswanya setelah bel pulang sekolah berbunyi. siswa keluar, pagar di kunci. selesai. Kami anak basket yang dianggap brandal saat itu. liat aja terlantarnya gimana.
Nih. Kaya orang susah banget kan........ |
Itu salah satu dari sekian lapangan yang sudah pernah kami pake.
Sambil serius berlatih, alumni tersebut juga mencari informasi tentang perndaftaran DBL untuk smp. saya sendiri sudah lupa bagaimana detailnya tapi ujungnya kami tidak berhasil ke DBL, dan tidak memiliki pelatih sama sekali. nyerah? masih jauh. kita tetep latihan latihan hingga ada tawaran buat masuk ke BEX basketball club. disanalah satu persatu abas 30 mencoba berlatih. dan masing masing mengalami kemajuan yang berarti, hingga pelatih yang bernama mas Rahman, itu menjadi pelatih di 30 untuk beberapa waktu. disanalah puncak kami. dimana kami bisa merasakan sparing yang sesungguhnya, dimana kami bisa tahu bagaimana rasanya menang. dimana kami mulai diperhartikan sebagai klub basket sekolah yang patut diperjuangkan.
Bersama mas rahman, kami pernah ikut beberapa lomba juga. lumayan lah, nama smpn 30 bisa lebih terdengar di telinga orang-orang yang belum tau. yaitu smador cup. kebetulan yang berpartisipasi saat itu cuma tim cowo aja. dan saya masih kelas 8, lumayan juga kami mendapat bantuan dan dukungan dari kakak kelas yang membela kegiatan basket ini. mereka adalah mas Ijal, mas Barito, dll. kece...
Dua di depan ini kakak kelas. dari kiri: Mas barito. yang kanan Mas Ijal. |
Sian ya..... |
To Be Continued.
0 comments:
Posting Komentar